
Langkah Kecil dari Nglinggi Menuju Mimpi yang Tak Henti
Deru mesin jahit di sebuah sudut Desa Nglinggi, Klaten, menjadi saksi perjalanan seorang perempuan bernama Rani Agung Pujiastuti. Setiap jahitan kaos yang Ia kerjakan, mimpi demi mimpi dan harapan demi harapan pun terwujud. Keputusannya untuk pulang kampung bukan akhir cerita, melainkan awal dari lembaran baru yang penuh keberanian dan semangat untuk terus belajar.
Dari Benang ke Harapan: Perjalanan Rani Menjahit Ulang Mimpi
Ketekunan dan keberanian mampu menciptakan sebuah peluang yang menjanjikan. Rani Agung Pujiastuti atau yang akrab disapa Rani, seorang ibu hebat dan kreatif asal Nglinggi. Ia sudah bertahun-tahun akrab dengan mesin jahit, kain, dan segala tetek-bengek dunia konveksi. Tapi kisahnya tak sekadar soal benang dan pola. Ini cerita tentang keberanian, perubahan, dan semangat belajar di tengah keterbatasan. Awalnya, bu Rani bekerja seperti kebanyakan orang, hingga suatu hari, di tempat ia bekerja berpindah tempat ke Malaysia. Ia pun memutuskan untuk pulang kampung. Bukan untuk berhenti, melainkan memulai lagi dengan melanjutkan usaha keluarga sang suami yaitu konveksi celana yang sudah dirintis sejak tahun 2008.

Dulu Hanya Getuk Tular, Kini Bisnisnya Semakin Bersinar
Pada tahun 2021, Bu Rani mulai memfokuskan usahanya pada produksi kaos. Keputusan ini bukan tanpa alasan, tetapi karena lokasinya di Wedi, Klaten, yang dikenal sebagai sentra konveksi. Usaha ini diberi nama Al Fazza, yang artinya “jaya”. Harapannya, agar usahanya terus berkembang dan berjaya. Namun, dalam keseharian, pelanggan lebih mengenalnya dengan nama Danang Kaos yang diambil dari sang suami tercinta, Danang. Nama ini dipilih sebagai bentuk penghargaan sekaligus semangat kebersamaan dalam membangun usaha keluarga.
Dengan keterampilan menjahit dan kreativitas yang dimiliki, Bu Rani merancang sendiri desain kaos-kaos produksinya. Sistem pemesanan yang ia terapkan masih berbasis pre-order, agar dapat menyesuaikan kebutuhan pelanggan sekaligus menjaga kualitas hasil jahitannya. Usaha berjalan biasa saja, cara promosi pun dari mulut ke mulut (getuk tular). Belum berani menerima banyak custom order karena keterbatasan jaringan dan pemasaran.

Langkah Tepat, Usaha Semakin Melesat
Mengenal dan bergabung bersama DIVA UMKM menjadi salah satu titik balik penting dalam perjalanan usaha Bu Rani. Pelatihan ini bukan sekadar program, tetapi menjadi jembatan pengetahuan yang membuka wawasan baru, terutama di bidang pemasaran digital.
Sebelumnya, Bu Rani masih sangat awam dalam hal digitalisasi usaha. Promosi hanya mengandalkan dari mulut ke mulut. Namun setelah mengikuti pelatihan DIVA UMKM, ia mulai memahami pentingnya kehadiran digital dalam membangun brand dan menjangkau pasar yang lebih luas.
“Sebelum mengikuti pelatihan bersama DIVA UMKM, orang-orang cuma tau cuma dari mulut ke mulut, karena jaringan belum luas. Setelah mengikuti pelatihan bersama DIVA UMKM, orang-orang tau dari Google Bisnis,” tuturnya penuh semangat.
Kini, ia sudah aktif menggunakan Google Bisnis untuk menampilkan lokasi usahanya di peta digital, serta mulai membangun kehadiran di media sosial. Ia pun mulai menerapkan teknik copywriting dalam setiap konten yang diunggah dan berusaha konsisten agar usahanya semakin dikenal.

Kembangkan Konveksi, Rani Bangkitkan Semangat untuk Berinovasi
Perjalanan Bu Rani bersama Danang Kaos menjadi bukti bahwa usaha kecil bisa berkembang bila digarap dengan tekun dan terbuka dengan perkembangan zaman. Dari getuk tular hingga digital, Bu Rani terus melangkah, merajut peluang dengan konsistensi dan keberanian.

Cerita Diva Lainnya

Dari Bingung menjadi Peluang, Sprei Adem jadi Penopang
Di balik kesuksesan usaha Ida Nur Yanti, ada kisah tentang keberanian meninggalkan zona nyaman. Setelah memutuskan resign pada 2021, ia memilih jalan baru dengan merintis usaha bernama Sprei Adem. Nama ini lahir dari pengalaman sederhana, ketika banyak calon pembeli selalu bertanya, “Mbak, spreinya adem nggak?” Pertanyaan itu menjadi inspirasi sekaligus semangatnya: menghadirkan sprei yang nyaman, sejuk, dan berkualitas agar tidur menjadi lebih menyenangkan.
Baca selengkapnya
Dari Penjual Kosmetik Berlanjut Meniti Usaha Keripik
Dari Mojogedang, Karanganyar, Ibu Dita mulai dikenal di masyarakat berkat keripik gatot yang khas. Seorang ibu yang tak hanya cekatan sebagai pebisnis, tapi juga sebagai seorang ibu. "Marvel" adalah merek keripik yang diambil dari nama anaknya, harapannya agar nama tersebut terus melekat di hati banyak orang. Awalnya, Ibu Dita adalah penjual kosmetik sejak tahun 2012. Namun pada 2024, ia mulai merintis usaha keripik berbahan dasar gatot, singkong fermentasi khas Jawa, yang gurih dan khas.
Baca selengkapnya
Empon Manggi Bu Warni
Di sudut Kampung Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, ada satu rumah yang setiap paginya selalu harum rempah. Di sanalah Ibu sederhana bernama Ibu Warni tinggal dan menjalankan usahanya. Berawal dari sakit yang dideritanya, Ibu Warni meracik jamu temulawak hingga akhirnya sembuh dan menjual jamu buatannya di pasar. Sejak itu, usahanya “Empon Manggi” semakin dikenal luas dan diminati banyak orang.
Baca selengkapnya